Rabu, 24 September 2008

Mendengkur bisa membuat anak jadi bodoh?

Sudah beberapa minggu ini Afan (5 tahun) selalu mendengkur saat tidur, dan kadang-kadang seperti berhenti bernafas selama beberapa detik. Hidungnya seperti tersumbat, padahal tidak sedang pilek. Tapi pada saat terjaga, dia tampak normal dan sehat-sehat saja, bermain dengan lincah, dan tak ada gangguan bernafas.
Jika anak Anda mengalami keadaan demikian, maka waspadailah, karena mungkin dia mengalami gangguan kesehatan yang disebut gangguan henti nafas obstruktif pada saat tidur (obstructive sleep apnea atau OSA). OSA merupakan gangguan yang banyak terjadi pada anak-anak yang seringkali timbul bersamaan dengan gangguan mendengkur. Kurang lebih 10% anak-anak tidur mendengkur, dan 1 % diantaranya akan berkembang menjadi gangguan OSA. Kejadian terbanyak adalah pada anak usia 2 – 5 tahun di mana saat itu tonsil atau lebih dikenal sebagai amandel dan jaringan adenoid secara relatif berada pada ukuran yang terbesar dan frekuensi terkena infeksi saluran pernapasan atas juga terbanyak. Pada kejadian OSA, anak-anak tidak dapat menjaga saluran nafasnya tetap terbuka ketika tidur. Sumbatan nafas ini dapat menyebabkan hipoventilasi (kurangnya pernafasan) dan hipoksemia (kurangnya kadar oksigen dalam darah). Kita ketahui bahwa bernafas itu adalah untuk menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2. Oksigen tersebut akan diangkut oleh darah dan diedarkan ke seluruh tubuh dan digunakan dalam banyak metabolisme tubuh. Kekurangan oksigen pada sel atau jaringan dapat menyebabkan tidak lancarnya reaksi-reaksi tubuh, bahkan bisa menyebabkan kematian sel. Jika yang tidak mendapat oksigen adalah sel-sel jaringan otak, maka perkembangan otak juga dapat terhambat yang berakibat pada rendahnya tingkat intelegensia anak.

Tanda-tanda anak mengalami OSA
Beberapa anak dapat juga mengalami OSA tanpa tanda mendengkur. Tapi mereka mungkin menunjukkan posisi tidur yang tidak biasa untuk mempertahankan saluran nafasnya tetap terbuka. Atau jika tidurnya sering terganggu, maka siang hari mereka akan mengantuk. Adanya infeksi saluran nafas atas dapat memperburuk gejala OSA. Bagaimana tanda-tanda fisiknya ?
Secara fisik mereka nampak normal. Umumnya mereka mengalami pembesaran tonsil atau adenoid. Tonsil adalah jaringan limfoid, masing masing ukurannya sebesar biji zaitun, yang terletak rongga mulut bagian pangkal lidah pada kedua sisi. Ketika ukurannya kecil (seperti pada bayi atau orang dewasa) dia tidak begitu terlihat. Amandel membesar ketika anak mencapai usia 2-5 tahun, dan kadang saking besarnya kedua amandel bisa saling menyentuh. Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang merupakan alat pertahanan tubuh, dan hanya merupakan bagian kecil dari sistem kekebalan tubuh.
Sedangkan adenoid adalah satu jaringan limfoid yang terletak diantara dua tonsil, tetapi posisinya sedikit di atas di belakang hidung, sehingga tidak terlihat, karena tersembunyi di balik atap rongga mulut. Jika ukurannya membesar, maka dapat menutupi jalan nafas melalui hidung. Pada saat anak terjaga, walaupun tonsil dan adenoid membesar, mereka tidak sampai menyebabkan gangguan nafas, karena otot-otot tenggorakan masih bekerja/kontraksi sehingga dapat membuka jalan nafas. Hanya saja, mungkin mereka sedikit menunjukkan gejala seperti hidung selalu berair, suara agak sengau, atau mulut sering terbuka.
Namun ketika tidur, otot-otot saluran nafas mengalami relaksasi. Udara yang mengalir melalui saluran nafas yang menyempit menyebabkan turunnya tekanan udara. Kombinasi antara otot yang relaksasi dan tekanan udara yang rendah menyebabkan tenggorokan tertutup dan anak menjadi tidak dapat bernafas. Setelah beberapa detik berusaha bernafas, anak akan terbangun (walau tidak sepenuhnya sadar), otot kembali bekerja dan tenggorokan terbuka, dan anak akan kembali bernafas. Mereka akan mengalami siklus seperti ini berulang-ulang selama jam tidur, sehingga menyebabkan gangguan pola tidur. Di samping itu, pasokan oksigen yang kurang dapat menyebabkan metabolisme sel yang terganggu.
Di samping pembesaran amandel dan/atau adenoid, terdapat kondisi anatomis lain yang dapat menyebabkan OSA, yang umumnya termasuk suatu kelainan. Misalnya abnormalitas bentuk kepala dan wajah, ukuran lidah yang besar, cacat bawaan sejak lahir yang menyebabkan sempitnya saluran nafas, kelemahan otot atau gangguan neuromuscular, dan kegemukan. Jika OSA disebabkan karena hal-hal tersebut, maka pengambilan tonsil atau adenoid tidak dapat membantu mengurangi gangguan nafas tadi. Selain itu, penggunaan obat tidur dan anastesi juga dapat menyebabkan depresi pernafasan, namun bersifat sementara.
Apa akibat OSA ?
Jika gangguan cukup berat dan tidak ditangani, OSA dapat menyebabkan gangguan serius, seperti pembesaran jantung, abnormalitas ritmik jantung, gangguan pertumbuhan, dan gangguan pemusatan konsentrasi di sekolah akibat kurang tidur. Tingkat yang lebih ringan OSA dapat menyebabkan anak mengompol dan mengantuk pada siang hari.
Bagaimana pengatasannya ?
Jika penyebabnya adalah pembesaran tonsil dan atau adenoid, maka operasi kecil pengambilan tonsil dan adenoid adalah satu cara terbaik untuk mengatasi gangguan nafas tersebut. Jika penyebabnya adalah kelainan fisik lainnya, maka diperlukan cara lain yang sesuai, termasuk mengurangi berat badan bagi yang disebabkan oleh kegemukan, atau operasi plastik untuk mengkoreksi bentuk saluran pernafasan atas, dll. Untuk anak usia di bawah 10 tahun, apa lagi balita, adalah problema tersendiri untuk mengatasi ketakutan menghadapi operasi amandel. Apa resikonya operasi pengangkatan tonsil atau adenoid bagi anak-anak ? Operasi untuk anak-anak umumnya dilakukan di bawah pengaruh anestesi/bius umum, dan ini biasanya yang paling menakutkan dari keseluruhan proses. Apakah anak saya nanti bangun lagi atau tidak ? Tetapi anestesi modern untuk anak-anak sekarang sangat aman, dan biasanya diberikan oleh ahli anestesi yang khusus mengangani pasien anak. Resiko yang paling signifikan adalah kemungkinan terjadinya perdarahan setelah operasi. Umumnya perlu waktu sekitar 2 minggu bagi tenggorokan untuk sembuh sepenuhnya. Sebelum itu kemungkinan terjadinya perdarahan dapat terjadi sewaktu-waktu. Namun perdarahan yang signifikan setelah operasi ini umumnya sangat jarang terjadi. Bagi anak-anak, yang paling merepotkan adalah rasa sakit setelah operasi yang membuat mereka tidak mau makan dan minum, yang dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi. Kalau hal ini terjadi dan cukup parah, mungkin sang pasien perlu dibawa kembali ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan yang lebih kuat terhadap rasa nyerinya dan mendapat cairan infus untuk mengatasi kekurangan cairan.

Apakah perlunya operasi pengangkatan tonsil dan atau adenoid pada OSA?
Pada kasus OSA yang disebabkan karena pembesaran tonsil dan atau adenoid, kecepatan penyembuhan OSA dengan operasi mencapai lebih besar dari 90%. Mereka sembuh segera setelah operasi, sementara beberapa anak mungkin perlu waktu beberapa hari sampai pembengkakan berkurang. Untuk anak-anak yang sering mengalami radang amandel yang kambuhan, operasi amandel dan adenoid akan mengurangi episode kekambuhan. Namun operasi ini tidak dapat mencegah dari terjadinya flu atau infeksi virus lainnya yang mungkin mengakibatkan sakit kerongkongan. Umumnya operasi amandel dan adenoid hanya dilakukan jika diperlukan yaitu pada gangguan OSA atau infeksi/radang tenggorokan yang kambuhan dan operasi biasanya tidak akan dilakukan ketika infeksi sedang terjadi karena dapat menyebabkan perdarahan yang lebih parah.
Jika anak balita Anda mendengkur ketika tidur, segera saja periksakan ke dokter untuk mendapatkan saran dan pengobatan yang terbaik sebelum terlambat.

Tidak ada komentar: