Jumat, 19 September 2008

Awas Keropos tulang

Mengenal “obat dewa“, Kortikosteroid

Beberapa waktu lalu cukup gencar diberitakan adanya produsen jamu yang mencampur jamunya dengan obat-obat kimia, salah satunya dengan deksametason. Obat ini ditemukan banyak dicampurkan pada jamu anti rematik. Jelas saja jamunya jadi manjur, karena deksametason adalah obat golongan kortikosteroid yang berefek sebagai obat anti radang.

Tapi pernahkah Anda mendengar tentang efek samping obat-obat golongan kortikosteroid jika digunakan dalam jangka waktu lama seperti pada umumnya orang minum jamu? Keropos tulang atau osteoporosis adalah salahsatu saja dari efek sampingnya yang banyak. Obat golongan kortikosteroid termasuk golongan obat yang penting dalam dunia pengobatan, karena memiliki efek yang bermacam-macam, sehingga sering digunakan dalam berbagai penyakit,sampai-sampai ada yang menyebutnya obat dewa, obat segala penyakit.

Tapi di sisi lain, karena efeknya bisa kemana-mana, maka efek sampingnya pun luas dan tidak kurang berbahayanya. Penasaran kan tentang obat kortikosteroid ?
Obat-obat kortikosteroid adalah senyawa-senyawa hasil sintesis yang struktur kimianya menyerupai hormon steroid alami. Dengan modifikasi pada struktur kimianya, potensinya dapat ditingkatkan sampai beberapa kali lipat dari senyawa alaminya. Yang termasuk obat kortikosteroid antara lain : hidrokortison, deksametason, betametason, beklometason,dll. Mekanisme aksinya mirip satu sama lain, tetapi mereka berbeda dalam potensi dan lama aksinya.

Apa saja penggunaan obat kortikosteroid ? Obat golongan kortikosteroid terutama digunakan untuk mengatasi radang, apapun penyebab radangnya dan di manapun lokasinya. Beberapa penyakit peradangan yang kerap diobati dengan kortikosteroid adalah asma, radang rematik, radang usus, radang ginjal, radang mata, dll. Selain itu, obat ini juga digunakan pada penyakit gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti berbagai jenis alergi, dan lupus. Dengan sifatnya yang menurunkan sistem kekebalan,
kortikosteroid juga dapat digunakan untuk pasien yang baru menjalani transplantasi organ untuk mencegah reaksi penolakan tubuh terhadap organ yang dicangkokkan. Obat ini bahkan digunakan juga pada pasien kanker, yaitu untuk mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi, juga pada terapi kanker itu sendiri sebagai terapi pendukung kemoterapi.

Kortikosteroid juga digunakan untuk ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan prematur, yaitu untuk mematangkan paru-paru janin, sehingga jika harus lahir prematur paru-paru bayi sudah cukup kuat dan bekerja dengan baik. Wah, banyak sekali kegunaannya.

Kortikosteroid sendiri adalah nama suatu hormon yang dibuat oleh kelenjar adrenal. Kerja hormon tersebut antara lain :
1.meningkatkan pembentukan gula dari protein, sehingga beresiko
meningkatkan kadar gula darah. Karena itu, orang dengan resiko diabetes dapat mengalami kenaikan kadar gula darah yang nyata.
2.mengurai protein sehingga mengurangi pembentukan protein,termasuk protein yang diperlukan untuk pembentukan tulang. Akibatnya terjadi osteoporosis atau keropos tulang, karena matriks protein tulang menyusut. Efek ini juga menyebabkan gangguan pertumbuhan jika digunakan pada anak-anak dalam jangka waktu lama.
3.mempengaruhi metabolisme lemak tubuh dan distribusinya,sehingga menyebabkan pertambahan lemak di bagian-bagian tertentu tubuh,yaitu di wajah (jadi membulat), bahu, dan perut.
4.mengurangi menghambat proses radang, sehingga merupakan obat pilihan berbagai penyakit peradangan. Tetapi, efek anti radangnya ini sering disertai efek gangguan lambung (perdarahan lambung), karena bekerja dengan menghambat senyawa mediator radang yang disebut prostaglandin yang juga dibutuhkan untuk melindungi permukaan lambung.
5.menghambat reaksi alergi, dan dapat digunakan pada berbagai reaksi alergi, baik alergi di saluran nafas, kulit (eksim), dan lain-lain.
6.menurunkan fungsi jaringan limfa sehingga menyebabkan berkurangnya dan mengecilnya sel limfosit. Efek ini menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh atau imunosupresan, sehingga pasien mudah terkena infeksi.
7.menahan cairan dan garam tubuh sehingga dapat menyebabkan odem (bengkak berisi cairan), akibatnya dapat meningkatkan tekanan darah.

Obat-obat kortikosteroid juga memiliki efek-efek seperti hormon steroid alami tersebut, bahkan bisa lebih kuat karena telah mengalami modifikasi struktur kimianya. Dengan banyaknya efek kortikosteroid, konsekwensinya adalah banyak juga efek sampingnya. Jika disimpulkan dari uraian di atas, maka efek sampingnya antara lain : dapat meningkatkan resiko diabetes, menyebabkan osteoporosis, menghambat
pertumbuhan anak-anak, menyebabkan gemuk pada bagian tubuh tertentu (wajah, bahu, perut), menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi, meningkatkan resiko hipertensi karena menahan garam di dalam tubuh, menyebabkan gangguan lambung (perdarahan lambung), dll.

Namun, efek samping ini umumnya baru muncul pada penggunaan yang cukup lama (lebih dari sebulan secara rutin). Artikel ini tidak bermaksud menakut-nakuti pembaca untuk menggunakan obat kortikosteroid, tetapi mengajak untuk mengenal dan dapat menggunakannya dengan benar. Dalam beberapa kasus, kortikosteroid merupakan satu-satunya pilihan obat terbaik, sehingga mau tidak mau harus digunakan. Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah cara penggunaan yang tepat. Beberapa cara untuk mensiasati efek samping yang mungkin timbul antara lain :
1.bagi pasien dengan resiko diabetes, kurangi asupan gula/karbohidrat
2.untuk mengurangi resiko osteoporosis, tambahlah suplemen Calcium dan Vitamin D
3.untuk mengurangi resiko hipertensi, kurangi asupan garam dalam makanan
4.untuk mengurangi kegemukan, bisa dilakukan diet yang sesuai
5.untuk menghindari terjadinya infeksi, hindarkan diri dari lingkungan hidup yang kotor dan polusi. Tambahkan suplemen makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
6.untuk menghindari gangguan lambung, minumlah obat ini setelah makan atau bersama snack, jangan pada saat perut kosong.
Obat kortikosteroid menurut aturannya hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, kecuali yang berbentuk salep. Jika Anda mendapat resep dokter yang berisi kortikosteroid, pastikan Anda mengetahui informasi-informasi yang diperlukan tentang obat ini dan gunakan sesuai dengan petunjuk dokter. Pada penggunaan jangka panjang pada penyakit kronis yang diterapi dengan kortikosteroid, penggunaan obat tidak boleh
dihentikan secara mendadak karena akan mengganggu adaptasi tubuh.

Penghentian harus perlahan-lahan dengan dosis yang makin lama makin berkurang. Mengapa demikian ? Karena selama penggunaan kortikosteroid dari luar, produksi hormon ini secara alami dari tubuh akan terhenti, maka jika penggunaan dari luar tiba-tiba dihentikan, tubuh akan kekurangan hormon ini secara normal dan akan terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan.

Jika ada yang tidak Anda pahami dengan obat Anda, jangan segan bertanya pada Apoteker atau dokter.

Tidak ada komentar: